Jakarta – Hari ke tiga Pelaksanaan Bimbingan Teknis Penulisan Buku Sejarah Kepanduan Daerah, peserta diajak berkunjung ke Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Untuk menuju kesana, peserta naik LRT dari stasiun Harjamukti menuju stasiun Setiabudi, berdesakan penuh penumpang karena memang berangkat pagi-pagi.
Berangkat dari Stasiun Setiabudi, peserta naik Bis Trans Jakarta menuju Balai Kota selanjutnya langsung ke Perpustakaan dengan total 24 lantai ini dinobatkan sebagai Perpustakaan tertinggi di Dunia.
Peserta bimtek foto bersama di depan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia gedung baru diresmikan pada tahun 2017
Sesampainya di Peepustakaan, pustakawan menjelaskan Musium Literasi yang terdiri dari ruang aksara, ruang media, ruang membaca acara, dan ruang perpustakaan.
Ruang Aksara menampilkan perkembangan tulisan di Indonesia yang berkaitan erat dengan sejarah dan peradaban bangsa. Terdapat TV multimedia interaktif mengenai tiga gelombang peradaban asing yang mempengaruhi tradisi tulis di Indonesia.
Kak Rochman utusan Jawa Timur sedang melihat secara detail jenis aksara yang ada dan berkembang sejak jaman dahulu, hingga sekarang masih ada yang digunakan dan diajarkan
Pada perkembangannya terjadi pula proses asimilasi dengan bahasa-bahasa lokal di Nusantara sehingga menghasilkan bentuk dan sistem aksara yang unik. Hingga akhirnya kita memiliki keberagaman tradisi penulisan aksara daerah yang kaya seperti: Batak, Bugis, Rejang, Lampung, Sunda, Jawa, Jawi, dan masih banyak lagi.
Selanjutnya peserta Bimtek dibawa ke ruang media. Ruang Media menghadirkan berbagai jenis alat dan media tulis di Indonesia yang tertua dalam naskah-naskah kuno peninggalan leluhur. Media tulis diolah dari bahan-bahan yang tersedia di alam sekitar, seperti bambu, daun lontar, daun gebang dan daluang.
Peserta dijelaskan oleh pustakawan mengenai perkembangan membaca dari jaman dulu hingga modern sekarang
Bahan bahan tradisional ini membuktikan kearifan lokal masyarakat Indonesia. Pada ruangan ini terdapat artefak dan film dokumenter yang membahas mengenai daluang, bahan media tulis asli Indonesia.
Salah satu ruang media menulis pada jaman dahulu, beginilah perlengkapannya
Kunjungan dilanjutkan ke Ruang Peristiwa Membaca yang menghadirkan aktivitas peristiwa membaca dari zaman ke zaman melalui ilustrasi yang digerakkan oleh teknik proyeksi video maping. Dalam ilustrasi tersebut diceritakan bagaimana karya-karya tulis dihasilkan untuk dibaca atau dibacakan di depan khalayak, ditularkan dari individu ke individu, dari kelompok ke kelompok, dari generasi ke generasi Bagaimana 'bacaan-bacaan' itu dipatrikan dalam batu, disenandungkan di hadapan banyak orang, didiktekan sampai dibaca dalam hati. Pada ruang ini pun terdapat video animasi mengenai pengaruh membaca terhadap struktur otak manusia.
Masih di lantai dasar, peserta masuk di Ruang Perpustakaan, yang menghadirkan gambaran mengenai fungsi Perpustakaan sebagai media pengumpulan dan pengelolaan ilmu pengetahuan. Baik perpustakaan yang lahir dengan bentuk konvensional yang direpresentasikan melalui artefak-artefak buku, maupun perpustakaan bergerak yang direpresentasikan melalui Sepeda Pustaka Interaktif serta film dokumenter mengenai pergerakan Perpustakaan Komunitas di daerah. Tujuannya sama, untuk ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa.
Sepeda perpustakaan jaman dahulu sepeda ini membawa buku berkeliling dengan membawa buku-buku untuk membaca masyarakat.
Salah satu peserta bimtek Kak Iwan Wahyu Widayat utusan Kwarda Jatim yang antusias menjelajahi Perpustakaan Nasional. Kak Iwan mengatakan perpustakaan Nasional sangat canggih dan modern.
“Perpustakaan Nasional gedung baru ini lebih modern dan canggih dari yang di Salemba, sehingga lebih memudahkan akses pengunjung terhadap koleksi-koleksi pustaka, karena dapat diakses secara digital. Saya sudah menjadi anggota perpustakaan ini pada tahun 2018, tepatnya setahun setelah diresmikan, dan telah banyak menanfaatkan fasilitas akses secara remote dari Surabaya, sangat mudah dan cepat”kata Kak Iwan yang sehari-hari bekerja sebagai Dosen Fakultas Psikologi UNAIR Surabaya.
Kak Iwan sedang melihat peninggalan jaman dahulu berupa naskah negara kertagama karya Mpu Prapanca yang ditulis diatas daun lontar
“Harapan saya, kecanggihan teknologi dan kemudahan akses ini dapat dimanfaatkan oleh para Pramuka Jatim utk memperkaya literasi, terutama mencakup sumber-sumber yang dapat dimanfaatkan bagi penulisan sejarah lokal Gerakan Pramuka, di tingkat Daerah maupun Cabang”pungkasnya.
Seluruh peserta Bimbingan Teknis Penulisan Buku Kepanduan Daerah Tingkat Nasional menjelajahi seluruh area Perpustakaan Nasional, mendapatkan berbagai pengalaman, bahkan hampir seluruh peserta mendaftarkan diri dan mendapatkan kartu Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.
Pusdatin Kwarda Jatim